Selasa, 15 Oktober 2013

Have You Ever Know




Ketika pelukmu tak lagi tentramkan hatiku..
Ketika cinta tidak hanya sekedar kalimat kalimat manis semata..
Ketika sebuah kepercayaan memerlukan bukti nyata..
Ketika jarak membuat tak berdaya..


 
Rindu yang teramat sering menghantui..
Bahkan ketika jari-jari bertaut kemudian lepas dan menjadi lambaian..
Detik detik awal perpisahan yang menyesakan..


Kepada jarak yang memisahkan berapa banyak rindu yang berserakan..
Curiga yang menggantung..

Gelisah mengawang awang..
Cinta… menjadi hal baru yang tidak hanya sekedar aku cukup mendengar suaramu..
Aku cukup tahu kalau kau juga mencintaiku..
Tapi.. aku ingin kau merasakan gelisah ini..
Takut kehilanganmu..
Takut lambaian itu akan selamanya menghantarkanku menjauh pergi…
Takut kau merindukan selain diriku..
 
Takut kau memikirkan selain diriku..
Cinta yang menjadi suatu keegoisan…
Aku tidak ingin mengikatmu ..
Hanya saja aku ingin menenangkan badai dihati ini…
Berharap hanya kau yang pertama aku lihat dan mendengarkan ku untuk semua hal yang terjadi di hari-hari ku..


Sabtu, 28 September 2013

Puisi Tanpa Kata

Aku ingin menulis 1000 pusisi tentang mu..
Seperti Bandung Bondowoso yang membangun 1000 candi untuk roro jongrang
Sebagai ungkapan perasaan yang terdalam...

Puisi tentang hangat senyum mu
Puisi tentang renyah tawamu yang menjalar
Puisi tentang kebiasaan mu mengingatkan ku
Puisi tentang saat ku merindu kala kau jauh..
Bahkan Puisi ketika kau mengabaikan ku..
Semua tentang kamu...

Tapi beribu aksara yang sempat mencuat dan bergumul di pikiranku itu..
Tidak menjelma menjadi paragraf seperti harap
Aksara aksara tentang mu menguap pada panasnya mentari
Terbang bersama angin..
Hanyut bersama hujan..

karena hari hari ku tidak melulu tentang mu..
Maka puisi itu hanya berupa aksara yang terbang tanpa wujud dan kata..
meninggalkan bilik kosong di sudut ingatan..
Yang kadang ku panggil kembali saat langit pucat dan bernada sedih..
Saat udara melantunkan melodi sendu..
Maka aksara tentang mu menari dan menjelma sesaat lalu hilang kemudian.

Kamis, 26 September 2013

HeartBreak

Aku..
Penasaran...
Seperti apa sosok ku terpatri diingatan mu...

apakah masih ada jejak yang terukir dgn nama ku..
atau menjadi samar bahkan terhapus dengan hadirnya pesona pesona lain yang lebih menyilaukan...

dalam sendiri membatin...
apakah aku hanya cameo yang muncul sesaat untuk dilupakan..

#AutumnSeptemberHeartBreak

Rabu, 25 September 2013

Tentang Status.. This War



Do you know?
Akhir-akhir ini gw sering bohong....
BUkan white lies...
Tapi gak sepenuhnya bohong kok..
karena lebih banyak mereka yang berasumsi..
Dan gw cukup senyum senyum dodol tanpa harus memberikan penyanggahan atau pembenaran..
yeah..
Dunia kerja itu gini...

Kencan.. Bersama pacar bisa dijadikan alasan untuk mangkir atau  telat ketika ada panggilan diluar jam kerja..
Seriously...
ketika gw jemput adik atau main ke rumah teman dianggap org2 bukan alasan sebenarnya..
lalu kemudian they say..
"Lagi kencan ya."
"Pasti sama pacarnya ini."


Gw... hanya senyum senyum.... sembari dalam hari meringis dan berdoa..
Andai beneran gw pacaran paasti akan 100% perfect...
Tapi... yang ada...
Sometime gw dirumah doank ...
online donlod KDrama...
hedeuch..
How this life look alike joking ...
 
#Note    Berdo'a aja supaya beneran kejadian punya patjar...
Lagi buka peluang selebar-lebarnya ini...
swear..
gag akan dodol kayak last year...
gag ngizinin seseorang bertamu ke rumah... karena saat itu rumah berantakan sekali







SUNDAY POEM

there's a bitter sweet of sunday
sunday.. the first day i met you
i still remember that green t-shirt you wear
sunday.. the first time you smile at me..
how happy i was

sunday.. the second time when you call my name
and said "How are you?"
sunday.. our first dating..
can't you feel how crazy i felt behind..
i've pretend cool and smile as i can do
while my heart jumping and running crazily

sunday.. the 1st kiss..
melting around u'r arm..
kiss sweet as candy
warm like sunrise


sunday.. when we running under the rain
u'r embrace me tighly and i give my soul to you

sunday.. our first fight..
you scare me when u not talking at me whole day
while u stay beside me..
i can do just crying till u see me and tell me what's gooing on
sunday.. our second trip
going neighboorhood and doing fun time..
sunday.. you looks different..
how you talking to me just like someone i don't know
sunday.. the other day that you promise me
will going trip..
but cancel..
sunday.. the first time u not answer my phone whole day..
smell not good around my sense...
can't you feel how worry i was
sunday.. the breakeven..
couldn't see the sunlight
and why the whole day lot of rain..
sunday.. the first weekend without you
sunday.. saw you with the other girl..
that smile not for me again..
that girl in your arm not me anymore..
how could this sunday erase million sunday we have been..

Sunday..
even it's hard...
it's time to Farewell..



for memories under the rain....

Try hard to be cool as i can do





Yesterday is a rempong Day Balada Uang dan Miss Pelupa

There's always black hole in life
not only about man... but somehow in ur daily life..
hell yeah... kemarin dan hari sebelumnya benar-benar dua hari yang berbeda 180 derajat..

Harusnya karena kegiatan ini sudah direncanakan sekitar 3 minggu sebelumnya gw lebih aware, siap dan gak panikan. Tapi yang terjadi malah..

Siangnya pulang dari dinas setelah dapat panggilan gw bingung mau ngapain lagi, secara absensi dan tanda terima buat kegiatan sudah beres. Yo wes mutar-mutar gak jelas, nongkrong ngejus, beli beli ke pasar. Sampe menjelang magrib semua aman dan terkendali...
Hingga pas gw mau nyusun uang ke amplop... jeng jeng.. semua 50.000an.
Euw... panic....
ah.. ada mini market dan warung di depan pasti adalah uang 20.000an dan 10.000an.
Tapi sayangnya gak semudah itu, mereka bilang gak ada...
hiyaaaa.. panic..
gimana ini,
besok pagi mesti capcus pagi pagi.....
Dan disinilah.. Panic syndrome gw top of the top bener, kalo ada hal yang jadi pusat ke panikan tersebut maka hal hal lainnya akan tampak seperti debu yang tak tampak namun bisa mengganggu.
Moody nya juga heleh.. #tepokkepalasendiri

Malam itu gw nyari uang 20.000an 10.000an pake acara keliling muter muter kota, smsin temen siapa aja yang punya ampe lupa makan.
Kegiatan yang biasanya gw cuma sms teman yg kerja di bank trus duduk manis haha hihi diruang beAC eh malam itu kayak kejar setoran gag jelas.
Lucky me...
Nemu uang banyak di tempat gw biasa nyewa komik.. hou hou  Thank U..
and seorang teman lagi.
Pas dalam usaha wara wiri nyari uang tadi dompet gw jatoh dari motor.. Haduhhh parah kan

Ya githu... Balada uang dan makna perjalanan malam itu

#Note.. Malam itu gw nyampe depan rumah salah satu teman yg gw smsin nanya uang 10-20, tapi karena rumahnya udah tutup kelihatan sepi takut ganngu anaknya tidur yo wes gw langsung pulang tanpa sempat bilang gw ke rumahnya. Sampe skrg juga gak ada gw bilang.

Minggu, 15 September 2013

BLACK HOLE #UNTITLED



BLUE SKY

# PROLOG

Hal apa yang membuat seseorang bias berpikir bahwa ia melakukan suatu kebodohan, sesuatu yang sebenarnya ia sadari tidak mungkin tapi tetap saja ia mempercayainya.
Udara dingin dan lembab, tanah dan rumput yang masih basah meninggalkan jejak hujan. Namun hatinya lebih dingin dan hampa, terbaring dengan perasaan tidak berdaya dan menertawakan kebodohannya. Audrey merasakan sakit, perih dan kosong menjadi satu. Dadanya bergerak naik turun tidak teratur, terguncang antara bernafas dan senyum samar penuh kegetiran dibibirnya. Ia merasa yang terjadi beberapa saat lalu seperti scene di film lama yang adegan nya berjalan sangat lambat dan samar, seperti film klasik tanpa warna namunmeninggalkan makna mendalam.
Ia merasa kedinginan dan menggigil, entah karena udara malam atau karena rentetan kejadian barusan, penyebab utamanya tampak samar. Sesamar perasaannya saat ini.
Pistol dengan peredam suara yang bisa membidik lawan dari jarak jauh sekalipun digenggam erat ditangannya, meski sekarang ia sudah berlari jauh dari lokasi kejadian ia masih belum yakin akan keselamatannya, pistol itu akan siap siaga mengarah kepada siapapun yang mengancam keselamatan jiwanya. Seperti selama ini ia tidur, benda itu akan setia menemaninya.
Audrey membuka matanya perlahan menatap langit yang hitam pekat, jauh pandangannya menerawang menembus tetesan air dari pepohonan yang masih tersisa. Ia tidak tahu ini dimana, kakinya hanya berlari sejauh yang ia bisa. Bahu kanannya berdenyut nyeri, beberapa saat lalu ia tidak merasakan nyeri bahkan ketika berlari tadi tidak terlintas sedikitpun sakit dan nyeri pada badannya, hanya keinginan untuk selamat dan bertahan hiduplah yang ia pikirkan.
Audrey tertawa kecut memikirkan betapa inginnya ia hidup, sehebat itukah kemampuan seorang manusia yang ia sendiri tidak tahu. Terasa nyeri di bahu kanannya semakin parah ketika ia bergerak, darah menetes dari sana, peluru dari seseorang mendarat disana ketika insiden di acara pertunangan tadi. Mengingat pertunangan itu, Audrey merasa ada yang lebih nyeri dari lukanya, sangat nyeri, luka lama yang kemudian berdarah lagi karena terkkoyak dan tercabik setiap waktu tanpa henti, luka yang ia abaikan, yang ia piker akan berhenti dengan sendirinya, namun ia sendiri salah, luka itu akan selalu ada disana yang tanpa ia sadari bahwa dia sendirilah yang memelihara luka itu seiring berjalannya waktu.
Apa aku akan mati disini, kematian karena luka yang membusuk, apakah akan terlihat keren jika memilih luka karena hati terkoyak. Kebodohan yang mengiringi langkah seseorang yang kemudian membawa kematiannya.
Audrey bergumam sendiri, ia memejamkan matanya membiarkan rasa pedih dan nyeri berkecamuk menjadi satu, ia tidak berniat membalut lukanya. Seolah ia sengaja menjadikan luka itu sebagai pelarian atas semua sedih dan pedih. Ada sesuatu yang hangat mengalir di pipinya, air matakah ini, ah aku lupa kapan terakhir mata ini berduka bahkan aku piker mata ini sudah kering seperti padanga tandus.
Audrey tidak tahu berapa lama ia berbaring disana, hingga ia mendengarkan langkah kaki mendekat, dengan kecepatan kilat ia mengokang senjata digenggamannya mengarahkan ke sumber suara. Namun sehebat apa otaknya memerintahkan untuk bergerak, tenaga dan energinya sangat lemah serta luka dibahu menghambat gerakannya, hingga untuk bangkit pun ia kepayahan.
Kemana kemampuan ku tadi, keinginan untuk bertahan hidup, ayolah aku belum ingin mati, sebelum semua yang membuat ku begini juga masih menghirup udara dengan bebasnya. Tidak , aku harus bisa bangkit.
Dengan sisa tenaga yang ada, Audrey berusaha bangkit, namun baru saja ia berusaha menegakkan posisinya ia kembali terjatuh, tepat saat itu ia mendengar seseorang memanggil namanya dan mendekat.
“Audrey.”
Suara itu penuh penekanan kekhawatiran yang mendalam, Audrey mengenalnya, sangat mengenal baik pemilik suara itu. Dengan senjata yang mengarah ke sumber suara serta penglihatan yang mulai samar, sebelum akhirnya ia kehilangan kesadaran, Audrey mengenalinya. Pria itu datang sendirian ke hutan selatan dengan setelan tertampan yang pernah Audrey tahu, Pria ini, apapun yang dikenakannya membuat ia tampak selalu tampan. Bahkan disaat ini aku masih berpikir ia begitu rupawan untuk ku. Kunang-kunang api, apakah dikegelapan malam ini ketika bintang pun tidak menampakan diri, yang turun menunjukan jalan pulang untukku adalah kunang-kunang yang dulu pernah hilang dari bumi.
“Audrey, look at me, are you okay.”
Itu kata terakhir yang bisa Audrey dengar, bahkan dengan senjata terarah padanya sekalipun pria itu tanpa ragu merengkuh Audrey dan memeluknya.
Jika ini adalah cara Tuhan mengirim ku ke surga dan mengakhiri hukumanku di bumi saat ini aku rela, menerima kehangatan yang aku rindukan. Sesuatu yang hilang akankah kembali.








#MEMORI DAN MASA KINI

Gedung serba guna institusi London.
Musim semi akan segera berlalu beberapa saat lagi, hawa angin musim panas yang kering mulai terasa. Audrey melangkahkan kakinya dengan capat menaiki tangga menuju hall yang biasa digunakan untuk acara-acara personal maupun company. Hari ini ada klien yang ingin melihat hall tersebut, dan Audrey sedikit terlambat karena ia baru selesai mengajar dikelas judo disebuah akademi.
Audrey membuka pintu hall perlahan, Ken sang desain interior yang pertama menyadari keberadaannya dan menatap Audrey dengan tajam. Audrey berhenti sejenak balas menatap Ken dengan mata penuh sesal, mulutnya bergerak tanpa suara mengisyaratkan I’m sorry, I have class, pliss. Aku akan mentraktirmu di bar malam ini.
Ken menghela nafas dan balas menatap Audrey mengisyaratkan Awas kau ya, aku akan membalasnya.
Audrey langsung menegakkan bahunya, merapikan penampilan dan tersenyum simpul, melangkah dengan penuh percaya diri seperti biasa.
“Kenalkan, ini adalah.” Ken berbicara kepada seorang wanita yang sedari tadi tampak sibuk dengan gadget ditangannya.
“Audrey.” Tepat saat wanita itu membalikan badan, Audrey mengulurkan tangannya. “Saya humas institus ini.”
Wanita itu sangat classy dan tatapannya sangat tajam.
“Sonya.” Suaranya pun merdu, sekali liat Audrey mengenali wanita yang didepannya ini punya fisik mendekati 100%, semampai dengan payudara yang penuh, pinggang ramping dan bibir seksi. Bisa membuat pria manapun tidak mengalihkan pandangannya.  
Keduanya berjabat tangan dan saling menyunggingkan senyum formal.
“Saya sudah melihat tempat ini, dan juga sudah mengatakan kepada Tn. Ken konsep amal yang akan diselenggarakan nanti.” Suara wanita itu terdengar penuh tendensi, Audrey bisa merasakan tipikal wanita yang terlahir dengan semua kendali ada ditangannya sedari kecil, sebagai wanita dari kalangan jetset pastinya ia ingin semua keinginannya bisa terpenuhi, dan disinilah Audrey melayani orang orang jenis ini.
“Begitu rupanya, maaf atas keterlambatan saya.” Audrey berusaha sopan sekaligus tetap formal, karena seharusnya yang pertama kali wanita ini temui adalah dia, bukan Ken.
“Tidak masalah, saya sudah mendengar beberapa kolega yang menggunakan jasa tempat ini, saya pikir bukan masalah besar jika saya langsung mengambil tempat ini.”
Percaya diri sekali wanita ini, baiklah jadi aku tidak perlu menggunakan senyum rubah untuk membujuknya memaafkan kesalahanku.
“Terima kasih, saya merasa terselamatkan mendengar perkataan anda.”
Audrey bisa melihat Ken yang menatapnya tajam. Seolah berkata. Kau hamper saja membuat kesempatan besar berlalu begitu saja.
“semua detail sudah saya bicarakan bersama Tn. Ken, kebetulan nanti calon tunangan saya akan hadir juga, saya sangat berharap pilihan saya di tempat ini tidak menjatuhkan imej saya dimatanya.”
Wow, apakah wanita ini Hyena,sepertinya ia berharap semua mahluk hidup akan tunduk disepatu stiletto ungu runcing berhias mutiara yang dikenakannya.
Audrey menyunggingkan senyum wajar yang menjadi keahliannya.
“Tentu nona, kami akan melakukan semaksimal mungkin.”
Keduanya berjabat tangan lagi dan saling bertukar senyum.
Ken hanya menatap keduanya dengan tatapan yang menurut Audrey tidak bisa diterjemahkan.
Ketika Audrey mengantar Sonya ke pintu, ia menatap Ken dan menggidikan bahunya seolah berkata Yang penting ia menggunakan jasa kita kan.

Bar Monte
Ken menelengkan gelas yang berisi separuh, sudah sepuluh gelas yang berpindah dari botol ke gelas lalu menghilang ke saluran pencernaan Ken.
Audrey memesan cocktail sembari menghembuskan asap dari rokok yang sesekali mengepul indah dari bibirnya.
“Jadi wanita klien kita itu puteri seorang mafia.”
Audrey membuang potongan punting rokok ke asbak lalu menatap Ken.
“Hmmm.” Ken menjawab sekenanya. Dengan mata yang menatap liar pada gadis-gadis yang berlalu lalang di bar. Audrey yang sedari tadi menjadi gusar akan tingkah Ken seolah tidak menghiraukannya.
“Ayolah, kau tahu kan aku tidak sengaja membiarkan kamu menangani semuanya sendirian. You know how I’m sorry for today, sungguh.”
Ken masih tidak bergeming, ia malah asik saling lirik dengan seorang wanita mengenakan gaun one piece yang memamerkan separuh payudaranya dan paha. Menurut Audrey dia akan mati kedinginan menggunakan gaun semacam itu.
“Kau tidak sadar ya, air liur mu hamper menetes seperti balita yang lama tidak menyedot dua benda itu, kalau kau begini aku pulang saja dan carilah kamar.”
Audrey sedikit kesal, ia tahu kalau tadi siang semua kesalahannya tapi bukan berarti ia harus diacuhkan berjam-jam sejak siang tadi.
“Baiklah, aku akan pulang.”
Audrey baru saja akan beranjak dan menggamit tas kerjanya. Ketika Ken menahan kepergiannya dan membuat Audrey duduk begitu dekat dengannya dengan jarak hanya beberapa senti.
Dengan jarak sedekat ini, Audrey bisa melihat guratan menawan yang membuat struktur indah dan rapi sekaligus membentuk karya rupawan pada wajah Ken. Aroma maskulinnya juga menguar memenuhi indera penciuman Audrey. Bukannya Audrey tidak menyadari pesona itu sejak mereka pertama kali bertemu beberapa tahun lalu, hanya saja Audrey tidak ingin ambil pusing untuk tertarik dan menggoda Ken.
“Kau mau kemana, selain mentraktir ku kau juga harus bertanggung jawab mengantarkan ku pulang karena aku ingin mabuk mala mini.” Tatapan matanya begitu menghujam dan memohon, Audrey benci hal itu karena Ken selalu menggunakan kelemahannya ini kepada Audrey.
“Kau gila, kau sendiri tau kemampuanmu menegak minuman ini, butuh bergalon-galon bir untuk membuatmu mabuk.”
Audrey beringsut menjauh sedikit, melebarkan jarak yang ada, Ken seperti akan melakukan sesuatu yang ia sendiri tidak mengerti.
“Aku tidak peduli, yang aku tau kau harus bertanggung jawab karena aku harus menangani semua kekacauan tadi pagi.”
Pria ini kenapa sich seolah apa yang terjadi tadi pagi membuat langit runtuh dan ia terkubur disana tidak bisa bangkit sampai aku datang dan mengulurkan tanganku, Audrey mendengus, satu hal yang ia tidak suka dari Ken, pria ini sangat drama bahkan penuh drama.
“Hey nona, kau tau begitu menggemaskannya dirimu disaat kau kesal.”
Ken berujar sembari tertawa kecil, dan menggeser duduknya lebih dekat ke Audrey.
Lihat, pria ini seperti melemparkan pancingan dengan akurat, apa yang dipikirkannya sich.. Audrey mendelik tajam dan membiarkan lengan Ken singgah dibahunya.
“Honey, kamu tidak menyadarinya ya betapa kau memiliki aura yang bisa membuat orang berlutut dihadapanmu tanpa kau harus menggunakan dress one piece seperti yang dikenakan wanita itu.”
Ken berbisik dengan lirih ditelinga Audrey, hembusan nafas hangat menggelitik geli.
Baiklah tuan don juan kita lihat kau akan bertingkah apalagi.
Wanita dengan dress one piece yang tadinya berpikir Ken seperti akan mengajaknya berlayar ke samudera ke nikmatan disalah satu kamar di hotel nan mewah memutuskan menjauh ketika melihat Ken begitu mesra disamping Audrey.
“Aku pikir kau akan memancing kali ini, lihat ikan yang telah mematuk umpanmu dengan sukarela pergi begitu saja karena kail yang digunakan hanya kiasan.”
Audrey mengeluarkan rokok dari kantongnya dan menyulut satu dibibirnya.
“Kau tahu, aku selalu penasaran dengan bibir yang selalu mengepulkan asap rokok ini, bagaimana bibir ini bekerja, apakah sangat lihai kepada benda-benda lain selain rokok.”
Audrey tersenyum dan menghembuskan asap rokoknya ke wajah Ken, membuat Ken terbatuk batuk mengayunkan tangannya menghalau kepulan asap kecil.
Pria yang aneh, ia sangat menikmati minuman keras tapi membenci rokok, dengan dalih tidak suka rokok karena mencemari lingkungan dan berkesan membakar uang. Hal yang aneh karena betapa kecintaannya kepada berbagai jenis minuman.
“Bibir ku bisa melakukan banyak pekerjaan dengan baik, seperti meyakinkan calon klien, dank au sangat tau itu.” Audrey tersenyum licik, rambutnya yang berwarna maroon membuat senyum itu seperti rubah muda yang sedang menggoyangkan ekornya ke arah tuan serigala.
“Itu sangat menggoda.” Tepat setelah mengucapkan itu Ken meleng ke kanan dan terjatuh di pangkuan Audrey.
“Hey, kau kenapa? Ken, are you okay? Ayolah bukan saatnya drama, ini tidak seperti dirimu.” Audrey menggoyangkan badan Ken, tapi pria itu tampak tidak bergeming.
Sesaat Audrey mendiamkan Ken, menunggu pria itu menghentikan aksinya. Tapi hingga mendekati 30 menit berlalu Ken tetap diposisinya tidak bergerak.
“Ya ampun, kau serius ya.”
Dengan berdecak Audrey memanggil keamanan dan meminta bantuan mereka memapah Ken menuju mobilnya.
“Thank You.”
Setelah memberikan tips Audrey menyetir mobil sport Ken menuju apartemen Ken di wilayah Utara. Sudah menjadi kebiasaan Audrey, ini bukan kali pertama ia mengantarkan Ken pulang.
Aku kan rekan kerja kenapa merangkap pengasuh begini,.
Apartemen Ken terletak dikawasan elit, hamper semua orang yang tinggal disitu kalangan jet set, Ken juga tentunya. Walaupun Audrey tidak mencari tahu latar belakang keluarga Ken, ia bisa tahu kalau keluarga Ken bukan keluarga biasa.
Tepat ketika memarkirkan mobil di depan pintu masuk Audrey menangkap sosok yang sangat ia kenal. Di seberang sana seorang pria dengan setelan jas krim memasuki mobilnya dan berlalu pergi memutar melalui mobil Ken dengan Audrey di depannya.
Kejadian itu hanya berlangsung sekian menit tapi cukup membuat Audrey menahan nafas, kepalanya mengirimkan jutaan informasi yang sukar dicerna, seperti ia merasa lapar namun apapun yang melalui tenggorokannya hanya kapas tanpa rasa.
“Miss.”
Teguran seorang keamanan apartemen mengejutkan Audrey, membuatnya kelimpungan dan aneh, sempat melupakan Ken yang terkulai lemah disampingnya.
“Oh yes, can you help me? I think Ken got drunk.” Audrey membuka kaca mobilnya dan tersenyum.
‘Ok miss, I’ll help you,”
 lalu pria itu memanggil seorang temannya lagi.
Audrey menyerahkan kunci mobil Ken kepada pria yang datang belakangan, kemudian bersama pria yang pertama ia menuju apartemen Ken.
Apartemen Ken termasuk kategori rapi dan terawatt, tidak banyak barang maupun ornamen yang diapajang. Diruang tamu pada dinding terdapat sketsa foto Ken dengan ukuran besar, Audrey tahu sketsa itu diambil ketika Ken masih menjadi model di Milan. Sketsa dengan separuh badan tanpa busana memamerkan otot sixpack.
Apartemen minimalis dengan dua kamar, didominasi warna silver dan merah menyala. Hal yang selalu menjadi pertanyaan Audrey tentang apartemen Ken.
Sebuah lampion berukuran sedang memberikan pencahayaan minimal di kamar Ken, bahkan kamarnya begitu rapid an membuat nyaman.
Setelah mengucapkan terima kasih kepada penjaga apartemen dan mengantarnya ke pintu, Audrey kembali ke kamar Ken dan membantu pria itu melepaskan setelan kerjanya. Bau asam tercium karena tadi ken sempat muntah di mobil.
Dengan gerakan perlahan serta lembut Audrey melucuti pakaian Ken satu persatu, menyisakan boxer sepaha yang sangat ketat.
Audrey akan bangkit dan berniat memasukan pakaian itu ke mesin cuci namun tertahan saat Ken melenguh lalu salah satu tangannya terulur menyentak Audrey hingga gadis itu jatuh dan menimpa tubuh Ken.
Sejujurnya Audrey masih belum bisa mencerna situasi karena kejadian di depan apartemen tadi. Semacam apa yang ia lakukan di kamar Ken sekarang seperti angin.
Hebat, apakah pria itu seperti sosok hantu hingga membuatnya tidak berdaya seperti sekarang ini, bahkan ketika Ken memutar balik keadaan dan sekarang posisi Audrey berada dibawah.
Deru nafas Ken berhembus keras, Audrey tahu ia sepenuhnya masih tidak sadar namun ia juga tidak menolak dan melakukan perlawanan ketika Ken entah dengan kekuatan apa seperti menawannya. Badan Ken yang dikategorikan tinggi ramping namun berotot dapat dengan mudah membuat Audrey tidak berdaya berdaya. Walau sejujurnya Audrey merasa kesadarannya sudah menurun sejak matanya menangkap sosok pria di depan apartemen tadi.
Tangan Ken membelai lembut wajah Audrey, sangat lembut bahkan untuk ukuran orang yang hilang kesadaran. Bibir nya dengan sigap mendarat di bibir Audrey, awalnya kecupan lembut seperti kapas lalu menjadi liar dan panas.
Diperlakukan seperti itu Audrey hanya diam, ia seperti dihipnotis atau apapun itu yang membuat kesadarannya berada dimana. Bibirnya merespon bibir Ken dengan baik, saling mengecup, menyerang, membelitkan lidah. Ada perasaan hangat dan membara, sesuatu yang ia rindukan. Tangan Ken kini tidak hanya membelai rambutnya, namun semakin menjelajah ke leher, lalu turun ke payudaranya. Tangan itu berhenti disana, hanya diam sesaat, lalu bergerak lembut mengusap payudara kanan Audrey. Audrey merasa mendapat sengatan listrik ketika jari jemari Ken mempermaikan putting payudaranya, meremas memilin.
Ah gila, jadi beginikah cara sang don Juan ini melumpuhkan wanita.
Audrey semakin pasrah dan mengikuti kemauan Ken, lumatan pada bibirnya semakin lama semakin panas, membuat Audrey susah bernafas.
Kaos Audrey yang sangat tipis karena blazer tadi ia lepas ketika membantu Ken melepas baju, membuat tangan Ken dengan mudah melakukan gerakannya. tangan yang tadinya terhalang kaos tipi situ kini dengan cepat sudah menyentuh punggung Audrey tanpa bisa dicegah. Audrey merasa sulit bergerak karena salah satu kaki Ken berada diselangkangannya.
“Ken, stop.” Audrey terengah, ia tahu Ken mendengar, rasanya da yang tidak benar disini. Ia berusaha memulihkan kesadarannya sebelum Ken semakin jauh. Ah sungguh Audrey juga wanita normal, ia tahu bahwa akhir-akhir ini ia memikirkan seks dan itu hanya ia lakukan ketika senggang dengan menonton beberapa film skes komersial yang dia dapat di internet, tapi hanya sebatas itu karena ia masih bisa mengontrol keinginannya dengan kerja dan berolahraga. Tapi yang Ken lakukan saat ini membuatnya merasa haus yang tidak tertahankan.
“Kau tahu, kau harus bertanggung jawab kan.”
Ken menatapnya dengan mata penuh gelora, mata biru yang biasanya teduh kini penuh dengan hasrat membuat Audrey ingin mereguknya sekaligus khawatir.
Permainan itu berlanjut, Audrey hanya pasrah atau lebih tepatnya tergoda dengan kemampuan jemari dan bibir Ken yang sudah memberikan tanda di leher, telinga dan dadanya.
Betapa lihainya Ken hingga Audrey tidak sadar ketika kaos dan celananya dilucuti, kini ia hanya mengenakan celana dalam sedang bra nya sudah lepas beberapa waktu lalu.
Ken mengulun payudaranya dengan lihai sedang salah satu tangannya bergerak membelai celana dalam Audrey. Gadis itu semakin menggelinjang dan terbakar,tepat ketika Ken akan melucuti celana dalamnya hp Audrey berbunyi berisik dan membuat Audrey serta merta mengumpulkan kesadarannya, mendorong Ken yang setengah sadar hingga ia terjatuh ke lantai.
“Maaf.”
Audrey setengah panic melihat Ken yang menatapnya tajam, Audrey tau ada kesal dan marah yang menyatu disana, tapi ia harus mengakhiri ini, sktifitas barusan sangat menggoda, sungguh, apalagi dengan lawan main seterampil dan menawan Ken. Hanya saja ia menemukan sedikit celah dari kesenangan itu, Cinta, tidak ada Cinta disana hanya kepuasan nafsu seksual disana. Dan Audrey tidak mau itu, ia tidak ingin menjadi kenangan tidak menyenangkan antara ia dan Ken.
“Audrey, kau tau kan kalau aku.”
Ken menghembuskan nafasnya kesal, ia bangkit dari posisinya, membuat Audrey menyilangkan kaki dan dalam posisi siap kuda-kuda. Ken membuang nafas kemudian menuju kamar mandi meninggalkan Audrey begitu saja.
Terdengar air mengalir dengan derasnya, Audrey diam sejenak merasa bersalah kepada Ken, namun bukan hal yang harus ia pikirkan. Tapi karena Ken lama berada di kamar mandi membuatnya sedikit khawatir.
“Ken, are you okay?” Audrey menuju kamar mandi dan mengintip.
“Apa peduli mu!” bentak Ken dengan gusar.
“Hey, aku hanya merasa tidak nyaman saja.” Audrey berdiri disamping pintu keluar.
“Bukankah kau sangat kenyamanan dengan yang aku lakukan barusan. Tapi kau malah merusaknya.”
“Maksud ku bukan itu, yeah I know what happen with us at that time was awesome. Tapi, aku rasa itu bukan dari profesionalisme yang selama ini kita jaga.” Sahut Audrey lemah.