Aku ingin menulis 1000 pusisi tentang mu..
Seperti Bandung Bondowoso yang membangun 1000 candi untuk roro jongrang
Sebagai ungkapan perasaan yang terdalam...
Puisi tentang hangat senyum mu
Puisi tentang renyah tawamu yang menjalar
Puisi tentang kebiasaan mu mengingatkan ku
Puisi tentang saat ku merindu kala kau jauh..
Bahkan Puisi ketika kau mengabaikan ku..
Semua tentang kamu...
Tapi beribu aksara yang sempat mencuat dan bergumul di pikiranku itu..
Tidak menjelma menjadi paragraf seperti harap
Aksara aksara tentang mu menguap pada panasnya mentari
Terbang bersama angin..
Hanyut bersama hujan..
karena hari hari ku tidak melulu tentang mu..
Maka puisi itu hanya berupa aksara yang terbang tanpa wujud dan kata..
meninggalkan bilik kosong di sudut ingatan..
Yang kadang ku panggil kembali saat langit pucat dan bernada sedih..
Saat udara melantunkan melodi sendu..
Maka aksara tentang mu menari dan menjelma sesaat lalu hilang kemudian.
Sabtu, 28 September 2013
Kamis, 26 September 2013
HeartBreak
Aku..
Penasaran...
Seperti apa sosok ku terpatri diingatan mu...
apakah masih ada jejak yang terukir dgn nama ku..
atau menjadi samar bahkan terhapus dengan hadirnya pesona pesona lain yang lebih menyilaukan...
dalam sendiri membatin...
apakah aku hanya cameo yang muncul sesaat untuk dilupakan..
#AutumnSeptemberHeartBreak
Penasaran...
Seperti apa sosok ku terpatri diingatan mu...
apakah masih ada jejak yang terukir dgn nama ku..
atau menjadi samar bahkan terhapus dengan hadirnya pesona pesona lain yang lebih menyilaukan...
dalam sendiri membatin...
apakah aku hanya cameo yang muncul sesaat untuk dilupakan..
#AutumnSeptemberHeartBreak
Rabu, 25 September 2013
Tentang Status.. This War
Do you know?
Akhir-akhir ini gw sering bohong....
BUkan white lies...
Tapi gak sepenuhnya bohong kok..
karena lebih banyak mereka yang berasumsi..
Dan gw cukup senyum senyum dodol tanpa harus memberikan penyanggahan atau pembenaran..
yeah..
Dunia kerja itu gini...
Kencan.. Bersama pacar bisa dijadikan alasan untuk mangkir atau telat ketika ada panggilan diluar jam kerja..
Seriously...
ketika gw jemput adik atau main ke rumah teman dianggap org2 bukan alasan sebenarnya..
lalu kemudian they say..
"Lagi kencan ya."
"Pasti sama pacarnya ini."
Gw... hanya senyum senyum.... sembari dalam hari meringis dan berdoa..
Andai beneran gw pacaran paasti akan 100% perfect...
Tapi... yang ada...
Sometime gw dirumah doank ...
online donlod KDrama...
hedeuch..
How this life look alike joking ...
#Note Berdo'a aja supaya beneran kejadian punya patjar...
Lagi buka peluang selebar-lebarnya ini...
swear..
gag akan dodol kayak last year...
gag ngizinin seseorang bertamu ke rumah... karena saat itu rumah berantakan sekali
SUNDAY POEM
there's a bitter sweet of sunday
sunday.. the first day i met you
i still remember that green t-shirt you wear
sunday.. the first time you smile at me..
how happy i was
sunday.. the second time when you call my name
and said "How are you?"
sunday.. our first dating..
can't you feel how crazy i felt behind..
i've pretend cool and smile as i can do
while my heart jumping and running crazily
sunday.. the 1st kiss..
melting around u'r arm..
kiss sweet as candy
warm like sunrise
sunday.. when we running under the rain
u'r embrace me tighly and i give my soul to you
sunday.. our first fight..
you scare me when u not talking at me whole day
while u stay beside me..
i can do just crying till u see me and tell me what's gooing on
sunday.. our second trip
going neighboorhood and doing fun time..
sunday.. you looks different..
how you talking to me just like someone i don't know
sunday.. the other day that you promise me
will going trip..
but cancel..
sunday.. the first time u not answer my phone whole day..
smell not good around my sense...
can't you feel how worry i was
sunday.. the breakeven..
couldn't see the sunlight
and why the whole day lot of rain..
sunday.. the first weekend without you
sunday.. saw you with the other girl..
that smile not for me again..
that girl in your arm not me anymore..
how could this sunday erase million sunday we have been..
Sunday..
even it's hard...
it's time to Farewell..
for memories under the rain....
Try hard to be cool as i can do
sunday.. the first day i met you
i still remember that green t-shirt you wear
sunday.. the first time you smile at me..
how happy i was
sunday.. the second time when you call my name
and said "How are you?"
sunday.. our first dating..
can't you feel how crazy i felt behind..
i've pretend cool and smile as i can do
while my heart jumping and running crazily
sunday.. the 1st kiss..
melting around u'r arm..
kiss sweet as candy
warm like sunrise
sunday.. when we running under the rain
u'r embrace me tighly and i give my soul to you
sunday.. our first fight..
you scare me when u not talking at me whole day
while u stay beside me..
i can do just crying till u see me and tell me what's gooing on
sunday.. our second trip
going neighboorhood and doing fun time..
sunday.. you looks different..
how you talking to me just like someone i don't know
sunday.. the other day that you promise me
will going trip..
but cancel..
sunday.. the first time u not answer my phone whole day..
smell not good around my sense...
can't you feel how worry i was
sunday.. the breakeven..
couldn't see the sunlight
and why the whole day lot of rain..
sunday.. the first weekend without you
sunday.. saw you with the other girl..
that smile not for me again..
that girl in your arm not me anymore..
how could this sunday erase million sunday we have been..
Sunday..
even it's hard...
it's time to Farewell..
for memories under the rain....
Try hard to be cool as i can do
Yesterday is a rempong Day Balada Uang dan Miss Pelupa
There's always black hole in life
not only about man... but somehow in ur daily life..
hell yeah... kemarin dan hari sebelumnya benar-benar dua hari yang berbeda 180 derajat..
Harusnya karena kegiatan ini sudah direncanakan sekitar 3 minggu sebelumnya gw lebih aware, siap dan gak panikan. Tapi yang terjadi malah..
Siangnya pulang dari dinas setelah dapat panggilan gw bingung mau ngapain lagi, secara absensi dan tanda terima buat kegiatan sudah beres. Yo wes mutar-mutar gak jelas, nongkrong ngejus, beli beli ke pasar. Sampe menjelang magrib semua aman dan terkendali...
Hingga pas gw mau nyusun uang ke amplop... jeng jeng.. semua 50.000an.
Euw... panic....
ah.. ada mini market dan warung di depan pasti adalah uang 20.000an dan 10.000an.
Tapi sayangnya gak semudah itu, mereka bilang gak ada...
hiyaaaa.. panic..
gimana ini,
besok pagi mesti capcus pagi pagi.....
Dan disinilah.. Panic syndrome gw top of the top bener, kalo ada hal yang jadi pusat ke panikan tersebut maka hal hal lainnya akan tampak seperti debu yang tak tampak namun bisa mengganggu.
Moody nya juga heleh.. #tepokkepalasendiri
Malam itu gw nyari uang 20.000an 10.000an pake acara keliling muter muter kota, smsin temen siapa aja yang punya ampe lupa makan.
Kegiatan yang biasanya gw cuma sms teman yg kerja di bank trus duduk manis haha hihi diruang beAC eh malam itu kayak kejar setoran gag jelas.
Lucky me...
Nemu uang banyak di tempat gw biasa nyewa komik.. hou hou Thank U..
and seorang teman lagi.
Pas dalam usaha wara wiri nyari uang tadi dompet gw jatoh dari motor.. Haduhhh parah kan
Ya githu... Balada uang dan makna perjalanan malam itu
#Note.. Malam itu gw nyampe depan rumah salah satu teman yg gw smsin nanya uang 10-20, tapi karena rumahnya udah tutup kelihatan sepi takut ganngu anaknya tidur yo wes gw langsung pulang tanpa sempat bilang gw ke rumahnya. Sampe skrg juga gak ada gw bilang.
not only about man... but somehow in ur daily life..
hell yeah... kemarin dan hari sebelumnya benar-benar dua hari yang berbeda 180 derajat..
Harusnya karena kegiatan ini sudah direncanakan sekitar 3 minggu sebelumnya gw lebih aware, siap dan gak panikan. Tapi yang terjadi malah..
Siangnya pulang dari dinas setelah dapat panggilan gw bingung mau ngapain lagi, secara absensi dan tanda terima buat kegiatan sudah beres. Yo wes mutar-mutar gak jelas, nongkrong ngejus, beli beli ke pasar. Sampe menjelang magrib semua aman dan terkendali...
Hingga pas gw mau nyusun uang ke amplop... jeng jeng.. semua 50.000an.
Euw... panic....
ah.. ada mini market dan warung di depan pasti adalah uang 20.000an dan 10.000an.
Tapi sayangnya gak semudah itu, mereka bilang gak ada...
hiyaaaa.. panic..
gimana ini,
besok pagi mesti capcus pagi pagi.....
Dan disinilah.. Panic syndrome gw top of the top bener, kalo ada hal yang jadi pusat ke panikan tersebut maka hal hal lainnya akan tampak seperti debu yang tak tampak namun bisa mengganggu.
Moody nya juga heleh.. #tepokkepalasendiri
Malam itu gw nyari uang 20.000an 10.000an pake acara keliling muter muter kota, smsin temen siapa aja yang punya ampe lupa makan.
Kegiatan yang biasanya gw cuma sms teman yg kerja di bank trus duduk manis haha hihi diruang beAC eh malam itu kayak kejar setoran gag jelas.
Lucky me...
Nemu uang banyak di tempat gw biasa nyewa komik.. hou hou Thank U..
and seorang teman lagi.
Pas dalam usaha wara wiri nyari uang tadi dompet gw jatoh dari motor.. Haduhhh parah kan
Ya githu... Balada uang dan makna perjalanan malam itu
#Note.. Malam itu gw nyampe depan rumah salah satu teman yg gw smsin nanya uang 10-20, tapi karena rumahnya udah tutup kelihatan sepi takut ganngu anaknya tidur yo wes gw langsung pulang tanpa sempat bilang gw ke rumahnya. Sampe skrg juga gak ada gw bilang.
Minggu, 15 September 2013
BLACK HOLE #UNTITLED
BLUE
SKY
# PROLOG
Hal
apa yang membuat seseorang bias berpikir bahwa ia melakukan suatu kebodohan,
sesuatu yang sebenarnya ia sadari tidak mungkin tapi tetap saja ia
mempercayainya.
Udara
dingin dan lembab, tanah dan rumput yang masih basah meninggalkan jejak hujan.
Namun hatinya lebih dingin dan hampa, terbaring dengan perasaan tidak berdaya
dan menertawakan kebodohannya. Audrey merasakan sakit, perih dan kosong menjadi
satu. Dadanya bergerak naik turun tidak teratur, terguncang antara bernafas dan
senyum samar penuh kegetiran dibibirnya. Ia merasa yang terjadi beberapa saat
lalu seperti scene di film lama yang adegan nya berjalan sangat lambat dan
samar, seperti film klasik tanpa warna namunmeninggalkan makna mendalam.
Ia
merasa kedinginan dan menggigil, entah karena udara malam atau karena rentetan
kejadian barusan, penyebab utamanya tampak samar. Sesamar perasaannya saat ini.
Pistol
dengan peredam suara yang bisa membidik lawan dari jarak jauh sekalipun
digenggam erat ditangannya, meski sekarang ia sudah berlari jauh dari lokasi
kejadian ia masih belum yakin akan keselamatannya, pistol itu akan siap siaga
mengarah kepada siapapun yang mengancam keselamatan jiwanya. Seperti selama ini
ia tidur, benda itu akan setia menemaninya.
Audrey
membuka matanya perlahan menatap langit yang hitam pekat, jauh pandangannya
menerawang menembus tetesan air dari pepohonan yang masih tersisa. Ia tidak tahu
ini dimana, kakinya hanya berlari sejauh yang ia bisa. Bahu kanannya berdenyut
nyeri, beberapa saat lalu ia tidak merasakan nyeri bahkan ketika berlari tadi
tidak terlintas sedikitpun sakit dan nyeri pada badannya, hanya keinginan untuk
selamat dan bertahan hiduplah yang ia pikirkan.
Audrey
tertawa kecut memikirkan betapa inginnya ia hidup, sehebat itukah kemampuan
seorang manusia yang ia sendiri tidak tahu. Terasa nyeri di bahu kanannya
semakin parah ketika ia bergerak, darah menetes dari sana, peluru dari
seseorang mendarat disana ketika insiden di acara pertunangan tadi. Mengingat
pertunangan itu, Audrey merasa ada yang lebih nyeri dari lukanya, sangat nyeri,
luka lama yang kemudian berdarah lagi karena terkkoyak dan tercabik setiap
waktu tanpa henti, luka yang ia abaikan, yang ia piker akan berhenti dengan
sendirinya, namun ia sendiri salah, luka itu akan selalu ada disana yang tanpa
ia sadari bahwa dia sendirilah yang memelihara luka itu seiring berjalannya
waktu.
Apa aku akan mati
disini, kematian karena luka yang membusuk, apakah akan terlihat keren jika
memilih luka karena hati terkoyak. Kebodohan yang mengiringi langkah seseorang
yang kemudian membawa kematiannya.
Audrey
bergumam sendiri, ia memejamkan matanya membiarkan rasa pedih dan nyeri
berkecamuk menjadi satu, ia tidak berniat membalut lukanya. Seolah ia sengaja
menjadikan luka itu sebagai pelarian atas semua sedih dan pedih. Ada sesuatu
yang hangat mengalir di pipinya, air
matakah ini, ah aku lupa kapan terakhir mata ini berduka bahkan aku piker mata
ini sudah kering seperti padanga tandus.
Audrey
tidak tahu berapa lama ia berbaring disana, hingga ia mendengarkan langkah kaki
mendekat, dengan kecepatan kilat ia mengokang senjata digenggamannya
mengarahkan ke sumber suara. Namun sehebat apa otaknya memerintahkan untuk
bergerak, tenaga dan energinya sangat lemah serta luka dibahu menghambat
gerakannya, hingga untuk bangkit pun ia kepayahan.
Kemana kemampuan ku
tadi, keinginan untuk bertahan hidup, ayolah aku belum ingin mati, sebelum
semua yang membuat ku begini juga masih menghirup udara dengan bebasnya. Tidak
, aku harus bisa bangkit.
Dengan
sisa tenaga yang ada, Audrey berusaha bangkit, namun baru saja ia berusaha
menegakkan posisinya ia kembali terjatuh, tepat saat itu ia mendengar seseorang
memanggil namanya dan mendekat.
“Audrey.”
Suara
itu penuh penekanan kekhawatiran yang mendalam, Audrey mengenalnya, sangat
mengenal baik pemilik suara itu. Dengan senjata yang mengarah ke sumber suara
serta penglihatan yang mulai samar, sebelum akhirnya ia kehilangan kesadaran,
Audrey mengenalinya. Pria itu datang sendirian ke hutan selatan dengan setelan
tertampan yang pernah Audrey tahu, Pria
ini, apapun yang dikenakannya membuat ia tampak selalu tampan. Bahkan disaat
ini aku masih berpikir ia begitu rupawan untuk ku. Kunang-kunang api, apakah
dikegelapan malam ini ketika bintang pun tidak menampakan diri, yang turun
menunjukan jalan pulang untukku adalah kunang-kunang yang dulu pernah hilang
dari bumi.
“Audrey,
look at me, are you okay.”
Itu
kata terakhir yang bisa Audrey dengar, bahkan dengan senjata terarah padanya
sekalipun pria itu tanpa ragu merengkuh Audrey dan memeluknya.
Jika ini adalah
cara Tuhan mengirim ku ke surga dan mengakhiri hukumanku di bumi saat ini aku
rela, menerima kehangatan yang aku rindukan. Sesuatu yang hilang akankah kembali.
#MEMORI DAN MASA KINI
Gedung
serba guna institusi London.
Musim
semi akan segera berlalu beberapa saat lagi, hawa angin musim panas yang kering
mulai terasa. Audrey melangkahkan kakinya dengan capat menaiki tangga menuju
hall yang biasa digunakan untuk acara-acara personal maupun company. Hari ini
ada klien yang ingin melihat hall tersebut, dan Audrey sedikit terlambat karena
ia baru selesai mengajar dikelas judo disebuah akademi.
Audrey
membuka pintu hall perlahan, Ken sang desain interior yang pertama menyadari
keberadaannya dan menatap Audrey dengan tajam. Audrey berhenti sejenak balas
menatap Ken dengan mata penuh sesal, mulutnya bergerak tanpa suara
mengisyaratkan I’m sorry, I have class,
pliss. Aku akan mentraktirmu di bar malam ini.
Ken
menghela nafas dan balas menatap Audrey mengisyaratkan Awas kau ya, aku akan membalasnya.
Audrey
langsung menegakkan bahunya, merapikan penampilan dan tersenyum simpul,
melangkah dengan penuh percaya diri seperti biasa.
“Kenalkan,
ini adalah.” Ken berbicara kepada seorang wanita yang sedari tadi tampak sibuk dengan
gadget ditangannya.
“Audrey.”
Tepat saat wanita itu membalikan badan, Audrey mengulurkan tangannya. “Saya
humas institus ini.”
Wanita
itu sangat classy dan tatapannya sangat tajam.
“Sonya.”
Suaranya pun merdu, sekali liat Audrey mengenali wanita yang didepannya ini
punya fisik mendekati 100%, semampai dengan payudara yang penuh, pinggang
ramping dan bibir seksi. Bisa membuat pria manapun tidak mengalihkan
pandangannya.
Keduanya
berjabat tangan dan saling menyunggingkan senyum formal.
“Saya
sudah melihat tempat ini, dan juga sudah mengatakan kepada Tn. Ken konsep amal
yang akan diselenggarakan nanti.” Suara wanita itu terdengar penuh tendensi,
Audrey bisa merasakan tipikal wanita yang terlahir dengan semua kendali ada
ditangannya sedari kecil, sebagai wanita dari kalangan jetset pastinya ia ingin
semua keinginannya bisa terpenuhi, dan disinilah Audrey melayani orang orang
jenis ini.
“Begitu
rupanya, maaf atas keterlambatan saya.” Audrey berusaha sopan sekaligus tetap
formal, karena seharusnya yang pertama kali wanita ini temui adalah dia, bukan
Ken.
“Tidak
masalah, saya sudah mendengar beberapa kolega yang menggunakan jasa tempat ini,
saya pikir bukan masalah besar jika saya langsung mengambil tempat ini.”
Percaya diri sekali
wanita ini, baiklah jadi aku tidak perlu menggunakan senyum rubah untuk
membujuknya memaafkan kesalahanku.
“Terima
kasih, saya merasa terselamatkan mendengar perkataan anda.”
Audrey
bisa melihat Ken yang menatapnya tajam. Seolah berkata. Kau hamper saja membuat kesempatan besar berlalu begitu saja.
“semua
detail sudah saya bicarakan bersama Tn. Ken, kebetulan nanti calon tunangan
saya akan hadir juga, saya sangat berharap pilihan saya di tempat ini tidak
menjatuhkan imej saya dimatanya.”
Wow, apakah wanita
ini Hyena,sepertinya ia berharap semua mahluk hidup akan tunduk disepatu
stiletto ungu runcing berhias mutiara yang dikenakannya.
Audrey
menyunggingkan senyum wajar yang menjadi keahliannya.
“Tentu
nona, kami akan melakukan semaksimal mungkin.”
Keduanya
berjabat tangan lagi dan saling bertukar senyum.
Ken
hanya menatap keduanya dengan tatapan yang menurut Audrey tidak bisa
diterjemahkan.
Ketika
Audrey mengantar Sonya ke pintu, ia menatap Ken dan menggidikan bahunya seolah
berkata Yang penting ia menggunakan jasa
kita kan.
Bar
Monte
Ken
menelengkan gelas yang berisi separuh, sudah sepuluh gelas yang berpindah dari
botol ke gelas lalu menghilang ke saluran pencernaan Ken.
Audrey
memesan cocktail sembari menghembuskan asap dari rokok yang sesekali mengepul
indah dari bibirnya.
“Jadi
wanita klien kita itu puteri seorang mafia.”
Audrey
membuang potongan punting rokok ke asbak lalu menatap Ken.
“Hmmm.”
Ken menjawab sekenanya. Dengan mata yang menatap liar pada gadis-gadis yang
berlalu lalang di bar. Audrey yang sedari tadi menjadi gusar akan tingkah Ken
seolah tidak menghiraukannya.
“Ayolah,
kau tahu kan aku tidak sengaja membiarkan kamu menangani semuanya sendirian.
You know how I’m sorry for today, sungguh.”
Ken
masih tidak bergeming, ia malah asik saling lirik dengan seorang wanita mengenakan
gaun one piece yang memamerkan separuh payudaranya dan paha. Menurut Audrey dia
akan mati kedinginan menggunakan gaun semacam itu.
“Kau
tidak sadar ya, air liur mu hamper menetes seperti balita yang lama tidak
menyedot dua benda itu, kalau kau begini aku pulang saja dan carilah kamar.”
Audrey
sedikit kesal, ia tahu kalau tadi siang semua kesalahannya tapi bukan berarti
ia harus diacuhkan berjam-jam sejak siang tadi.
“Baiklah,
aku akan pulang.”
Audrey
baru saja akan beranjak dan menggamit tas kerjanya. Ketika Ken menahan
kepergiannya dan membuat Audrey duduk begitu dekat dengannya dengan jarak hanya
beberapa senti.
Dengan
jarak sedekat ini, Audrey bisa melihat guratan menawan yang membuat struktur
indah dan rapi sekaligus membentuk karya rupawan pada wajah Ken. Aroma
maskulinnya juga menguar memenuhi indera penciuman Audrey. Bukannya Audrey
tidak menyadari pesona itu sejak mereka pertama kali bertemu beberapa tahun
lalu, hanya saja Audrey tidak ingin ambil pusing untuk tertarik dan menggoda
Ken.
“Kau
mau kemana, selain mentraktir ku kau juga harus bertanggung jawab mengantarkan
ku pulang karena aku ingin mabuk mala mini.” Tatapan matanya begitu menghujam
dan memohon, Audrey benci hal itu karena Ken selalu menggunakan kelemahannya
ini kepada Audrey.
“Kau
gila, kau sendiri tau kemampuanmu menegak minuman ini, butuh bergalon-galon bir
untuk membuatmu mabuk.”
Audrey
beringsut menjauh sedikit, melebarkan jarak yang ada, Ken seperti akan
melakukan sesuatu yang ia sendiri tidak mengerti.
“Aku
tidak peduli, yang aku tau kau harus bertanggung jawab karena aku harus
menangani semua kekacauan tadi pagi.”
Pria ini kenapa
sich seolah apa yang terjadi tadi pagi membuat langit runtuh dan ia terkubur
disana tidak bisa bangkit sampai aku datang dan mengulurkan tanganku, Audrey mendengus, satu hal yang
ia tidak suka dari Ken, pria ini sangat drama bahkan penuh drama.
“Hey
nona, kau tau begitu menggemaskannya dirimu disaat kau kesal.”
Ken
berujar sembari tertawa kecil, dan menggeser duduknya lebih dekat ke Audrey.
Lihat, pria ini
seperti melemparkan pancingan dengan akurat, apa yang dipikirkannya sich.. Audrey mendelik tajam dan
membiarkan lengan Ken singgah dibahunya.
“Honey,
kamu tidak menyadarinya ya betapa kau memiliki aura yang bisa membuat orang
berlutut dihadapanmu tanpa kau harus menggunakan dress one piece seperti yang
dikenakan wanita itu.”
Ken
berbisik dengan lirih ditelinga Audrey, hembusan nafas hangat menggelitik geli.
Baiklah tuan don
juan kita lihat kau akan bertingkah apalagi.
Wanita
dengan dress one piece yang tadinya berpikir Ken seperti akan mengajaknya
berlayar ke samudera ke nikmatan disalah satu kamar di hotel nan mewah
memutuskan menjauh ketika melihat Ken begitu mesra disamping Audrey.
“Aku
pikir kau akan memancing kali ini, lihat ikan yang telah mematuk umpanmu dengan
sukarela pergi begitu saja karena kail yang digunakan hanya kiasan.”
Audrey
mengeluarkan rokok dari kantongnya dan menyulut satu dibibirnya.
“Kau
tahu, aku selalu penasaran dengan bibir yang selalu mengepulkan asap rokok ini,
bagaimana bibir ini bekerja, apakah sangat lihai kepada benda-benda lain selain
rokok.”
Audrey
tersenyum dan menghembuskan asap rokoknya ke wajah Ken, membuat Ken terbatuk
batuk mengayunkan tangannya menghalau kepulan asap kecil.
Pria
yang aneh, ia sangat menikmati minuman keras tapi membenci rokok, dengan dalih
tidak suka rokok karena mencemari lingkungan dan berkesan membakar uang. Hal
yang aneh karena betapa kecintaannya kepada berbagai jenis minuman.
“Bibir
ku bisa melakukan banyak pekerjaan dengan baik, seperti meyakinkan calon klien,
dank au sangat tau itu.” Audrey tersenyum licik, rambutnya yang berwarna maroon
membuat senyum itu seperti rubah muda yang sedang menggoyangkan ekornya ke arah
tuan serigala.
“Itu
sangat menggoda.” Tepat setelah mengucapkan itu Ken meleng ke kanan dan
terjatuh di pangkuan Audrey.
“Hey,
kau kenapa? Ken, are you okay? Ayolah bukan saatnya drama, ini tidak seperti
dirimu.” Audrey menggoyangkan badan Ken, tapi pria itu tampak tidak bergeming.
Sesaat
Audrey mendiamkan Ken, menunggu pria itu menghentikan aksinya. Tapi hingga
mendekati 30 menit berlalu Ken tetap diposisinya tidak bergerak.
“Ya
ampun, kau serius ya.”
Dengan
berdecak Audrey memanggil keamanan dan meminta bantuan mereka memapah Ken
menuju mobilnya.
“Thank
You.”
Setelah
memberikan tips Audrey menyetir mobil sport Ken menuju apartemen Ken di wilayah
Utara. Sudah menjadi kebiasaan Audrey, ini bukan kali pertama ia mengantarkan
Ken pulang.
Aku kan rekan kerja
kenapa merangkap pengasuh begini,.
Apartemen
Ken terletak dikawasan elit, hamper semua orang yang tinggal disitu kalangan
jet set, Ken juga tentunya. Walaupun Audrey tidak mencari tahu latar belakang
keluarga Ken, ia bisa tahu kalau keluarga Ken bukan keluarga biasa.
Tepat
ketika memarkirkan mobil di depan pintu masuk Audrey menangkap sosok yang
sangat ia kenal. Di seberang sana seorang pria dengan setelan jas krim memasuki
mobilnya dan berlalu pergi memutar melalui mobil Ken dengan Audrey di depannya.
Kejadian
itu hanya berlangsung sekian menit tapi cukup membuat Audrey menahan nafas,
kepalanya mengirimkan jutaan informasi yang sukar dicerna, seperti ia merasa
lapar namun apapun yang melalui tenggorokannya hanya kapas tanpa rasa.
“Miss.”
Teguran
seorang keamanan apartemen mengejutkan Audrey, membuatnya kelimpungan dan aneh,
sempat melupakan Ken yang terkulai lemah disampingnya.
“Oh
yes, can you help me? I think Ken got drunk.” Audrey membuka kaca mobilnya dan
tersenyum.
‘Ok
miss, I’ll help you,”
lalu pria itu memanggil seorang temannya lagi.
Audrey
menyerahkan kunci mobil Ken kepada pria yang datang belakangan, kemudian
bersama pria yang pertama ia menuju apartemen Ken.
Apartemen
Ken termasuk kategori rapi dan terawatt, tidak banyak barang maupun ornamen
yang diapajang. Diruang tamu pada dinding terdapat sketsa foto Ken dengan
ukuran besar, Audrey tahu sketsa itu diambil ketika Ken masih menjadi model di
Milan. Sketsa dengan separuh badan tanpa busana memamerkan otot sixpack.
Apartemen
minimalis dengan dua kamar, didominasi warna silver dan merah menyala. Hal yang
selalu menjadi pertanyaan Audrey tentang apartemen Ken.
Sebuah
lampion berukuran sedang memberikan pencahayaan minimal di kamar Ken, bahkan
kamarnya begitu rapid an membuat nyaman.
Setelah
mengucapkan terima kasih kepada penjaga apartemen dan mengantarnya ke pintu,
Audrey kembali ke kamar Ken dan membantu pria itu melepaskan setelan kerjanya.
Bau asam tercium karena tadi ken sempat muntah di mobil.
Dengan
gerakan perlahan serta lembut Audrey melucuti pakaian Ken satu persatu,
menyisakan boxer sepaha yang sangat ketat.
Audrey
akan bangkit dan berniat memasukan pakaian itu ke mesin cuci namun tertahan
saat Ken melenguh lalu salah satu tangannya terulur menyentak Audrey hingga
gadis itu jatuh dan menimpa tubuh Ken.
Sejujurnya
Audrey masih belum bisa mencerna situasi karena kejadian di depan apartemen
tadi. Semacam apa yang ia lakukan di kamar Ken sekarang seperti angin.
Hebat,
apakah pria itu seperti sosok hantu hingga membuatnya tidak berdaya seperti
sekarang ini, bahkan ketika Ken memutar balik keadaan dan sekarang posisi
Audrey berada dibawah.
Deru
nafas Ken berhembus keras, Audrey tahu ia sepenuhnya masih tidak sadar namun ia
juga tidak menolak dan melakukan perlawanan ketika Ken entah dengan kekuatan
apa seperti menawannya. Badan Ken yang dikategorikan tinggi ramping namun
berotot dapat dengan mudah membuat Audrey tidak berdaya berdaya. Walau
sejujurnya Audrey merasa kesadarannya sudah menurun sejak matanya menangkap
sosok pria di depan apartemen tadi.
Tangan
Ken membelai lembut wajah Audrey, sangat lembut bahkan untuk ukuran orang yang
hilang kesadaran. Bibir nya dengan sigap mendarat di bibir Audrey, awalnya
kecupan lembut seperti kapas lalu menjadi liar dan panas.
Diperlakukan
seperti itu Audrey hanya diam, ia seperti dihipnotis atau apapun itu yang
membuat kesadarannya berada dimana. Bibirnya merespon bibir Ken dengan baik,
saling mengecup, menyerang, membelitkan lidah. Ada perasaan hangat dan membara,
sesuatu yang ia rindukan. Tangan Ken kini tidak hanya membelai rambutnya, namun
semakin menjelajah ke leher, lalu turun ke payudaranya. Tangan itu berhenti
disana, hanya diam sesaat, lalu bergerak lembut mengusap payudara kanan Audrey.
Audrey merasa mendapat sengatan listrik ketika jari jemari Ken mempermaikan putting
payudaranya, meremas memilin.
Ah gila, jadi
beginikah cara sang don Juan ini melumpuhkan wanita.
Audrey
semakin pasrah dan mengikuti kemauan Ken, lumatan pada bibirnya semakin lama
semakin panas, membuat Audrey susah bernafas.
Kaos
Audrey yang sangat tipis karena blazer tadi ia lepas ketika membantu Ken
melepas baju, membuat tangan Ken dengan mudah melakukan gerakannya. tangan yang
tadinya terhalang kaos tipi situ kini dengan cepat sudah menyentuh punggung
Audrey tanpa bisa dicegah. Audrey merasa sulit bergerak karena salah satu kaki
Ken berada diselangkangannya.
“Ken,
stop.” Audrey terengah, ia tahu Ken mendengar, rasanya da yang tidak benar
disini. Ia berusaha memulihkan kesadarannya sebelum Ken semakin jauh. Ah
sungguh Audrey juga wanita normal, ia tahu bahwa akhir-akhir ini ia memikirkan
seks dan itu hanya ia lakukan ketika senggang dengan menonton beberapa film
skes komersial yang dia dapat di internet, tapi hanya sebatas itu karena ia
masih bisa mengontrol keinginannya dengan kerja dan berolahraga. Tapi yang Ken
lakukan saat ini membuatnya merasa haus yang tidak tertahankan.
“Kau
tahu, kau harus bertanggung jawab kan.”
Ken
menatapnya dengan mata penuh gelora, mata biru yang biasanya teduh kini penuh
dengan hasrat membuat Audrey ingin mereguknya sekaligus khawatir.
Permainan
itu berlanjut, Audrey hanya pasrah atau lebih tepatnya tergoda dengan kemampuan
jemari dan bibir Ken yang sudah memberikan tanda di leher, telinga dan dadanya.
Betapa
lihainya Ken hingga Audrey tidak sadar ketika kaos dan celananya dilucuti, kini
ia hanya mengenakan celana dalam sedang bra nya sudah lepas beberapa waktu
lalu.
Ken
mengulun payudaranya dengan lihai sedang salah satu tangannya bergerak membelai
celana dalam Audrey. Gadis itu semakin menggelinjang dan terbakar,tepat ketika
Ken akan melucuti celana dalamnya hp Audrey berbunyi berisik dan membuat Audrey
serta merta mengumpulkan kesadarannya, mendorong Ken yang setengah sadar hingga
ia terjatuh ke lantai.
“Maaf.”
Audrey
setengah panic melihat Ken yang menatapnya tajam, Audrey tau ada kesal dan
marah yang menyatu disana, tapi ia harus mengakhiri ini, sktifitas barusan
sangat menggoda, sungguh, apalagi dengan lawan main seterampil dan menawan Ken.
Hanya saja ia menemukan sedikit celah dari kesenangan itu, Cinta, tidak ada
Cinta disana hanya kepuasan nafsu seksual disana. Dan Audrey tidak mau itu, ia
tidak ingin menjadi kenangan tidak menyenangkan antara ia dan Ken.
“Audrey,
kau tau kan kalau aku.”
Ken
menghembuskan nafasnya kesal, ia bangkit dari posisinya, membuat Audrey
menyilangkan kaki dan dalam posisi siap kuda-kuda. Ken membuang nafas kemudian
menuju kamar mandi meninggalkan Audrey begitu saja.
Terdengar
air mengalir dengan derasnya, Audrey diam sejenak merasa bersalah kepada Ken,
namun bukan hal yang harus ia pikirkan. Tapi karena Ken lama berada di kamar
mandi membuatnya sedikit khawatir.
“Ken,
are you okay?” Audrey menuju kamar mandi dan mengintip.
“Apa
peduli mu!” bentak Ken dengan gusar.
“Hey,
aku hanya merasa tidak nyaman saja.” Audrey berdiri disamping pintu keluar.
“Bukankah
kau sangat kenyamanan dengan yang aku lakukan barusan. Tapi kau malah
merusaknya.”
“Maksud
ku bukan itu, yeah I know what happen with us at that time was awesome. Tapi,
aku rasa itu bukan dari profesionalisme yang selama ini kita jaga.” Sahut
Audrey lemah.
The Journey and The Old Man
Hari itu diperjalanan pulang, jalanan yang basah, licin, becek dan udara dingin karena hujan baru saja berhenti. Baju yang basah karena sepanjang jalan terkena hujan, menggigil diatas motor yang melaju pelan.
Medan yang sangat sulit karena tanah hitam dan licin membuat semuanya berhati-hati mengendarai motor.
Saya dan seorang teman menggunakan motor masing-masing.
Tidak jarang kami saling membantu ketika salah satu kesulitan mengendarai motornya.
Turun, dan mendorong motor yang dikendarai adalah hal yang biasa.
Jalanan yang harusnya bisa ditempuh dengan 2,5-3 jam jika cuaca panas menjadi 5-6 jam ketika hujan seperti hari itu.
Tiba-tiba saja teman saya nyaris terjatuh karena ban motornya selip, karena jarak kami lumayan jauh saya terlambat menghampirinya. Seorang bapak yang juga mengendarai motor membawa bebatuan yang entah untuk apa, datang dan menolong teman saya.
Setelah itu kami melanjutkan perjalanan lagi.
Lalu beberapa saat kemudian, Bapak beserta motor yang dikendarainya oleng dan berakhir dengan jatuh. Bergegas saya dan teman turun dari motor masing-masing menghampiri bapak tersebut. Tapi kami kalah sigap, Bapak tadi sudah berdiri lebih dulu lalu tersenyum ke arah kami.
Rupanya beliau sudah terbiasa mengalami kejadian seperti barusan, dan karena pekerjaannya yang membawa bebatuan.
Meskipun sudah tua tapi semangat beliau menular dan membuat saya unuk lebih semangat menghadapi sisa perjalanan sebelum sampai ke jalanan antar provinsi.
Jadilah hari itu kita keluarnya iring-iringan.
Selama saya melewati jalanan ini beberapa kali mendapat bantuan dari orang yang lewat dan tidak dikenal ketika kesulitan. Hal ini sudah biasa terjadi disini, saling membantu kepada yang kesulitan. Terima Kasih ^^.
Medan yang sangat sulit karena tanah hitam dan licin membuat semuanya berhati-hati mengendarai motor.
Saya dan seorang teman menggunakan motor masing-masing.
Tidak jarang kami saling membantu ketika salah satu kesulitan mengendarai motornya.
Turun, dan mendorong motor yang dikendarai adalah hal yang biasa.
Jalanan yang harusnya bisa ditempuh dengan 2,5-3 jam jika cuaca panas menjadi 5-6 jam ketika hujan seperti hari itu.
Tiba-tiba saja teman saya nyaris terjatuh karena ban motornya selip, karena jarak kami lumayan jauh saya terlambat menghampirinya. Seorang bapak yang juga mengendarai motor membawa bebatuan yang entah untuk apa, datang dan menolong teman saya.
Setelah itu kami melanjutkan perjalanan lagi.
Lalu beberapa saat kemudian, Bapak beserta motor yang dikendarainya oleng dan berakhir dengan jatuh. Bergegas saya dan teman turun dari motor masing-masing menghampiri bapak tersebut. Tapi kami kalah sigap, Bapak tadi sudah berdiri lebih dulu lalu tersenyum ke arah kami.
Rupanya beliau sudah terbiasa mengalami kejadian seperti barusan, dan karena pekerjaannya yang membawa bebatuan.
Meskipun sudah tua tapi semangat beliau menular dan membuat saya unuk lebih semangat menghadapi sisa perjalanan sebelum sampai ke jalanan antar provinsi.
Jadilah hari itu kita keluarnya iring-iringan.
Selama saya melewati jalanan ini beberapa kali mendapat bantuan dari orang yang lewat dan tidak dikenal ketika kesulitan. Hal ini sudah biasa terjadi disini, saling membantu kepada yang kesulitan. Terima Kasih ^^.
Journey & Friend
Andai saat itu aku tidak ditempatkan bekerja di daerah terpencil mungkin banyak hal yang berbeda. Dari segi pengalaman dan juga pertemanan.
Adalah teman seperjuangan, mereka yang bersama-sama merasakan bagaimana hidup dan bekerja di tempat yang jauh dari kota, dengan sinyal operator kadang hilang, jalanan yang rusak parah.
Di tempat kerja yang sepi dan tidak banyak fasilitas umum yang memadai andai saat itu aku sendirian mungkin yang terjadi adalah kesepian yang sangat suram. Namun dengan adanya teman yang senasib maka canda tawa dan keriangan masih bisa terdengar. Melakukan hal-hal konyol dan bersenda gurau hingga larut malam adalah rutinitas sehari-hari.
Saling berkunjung ke kantor masing-masing dikala job sepi, keliling kampung bahkan main ke kampung tetangga dikala bosan, melewati jalanan dikala panas maupun hujan. Berbagi cerita baik suka maupun duka. Walaupun kini kita terpisah tapi cerita dan kenangan akan selalu terbingkai dihati...
Kawan jika suatu saat kita menua dan jarak semakin membuat kita sulit bertemu, maka bukalah halaman demi halaman cerita untuk dibaca dan diingat lagi.
Tidak ada hal mewah untuk diberi..
Walau hanya menu biasa..
Tidak ada kafe mahal..
Tidak juga emas atau berlian..
Namun pengalaman dan semua cerita lebih berharga hingga akhir masa...
Adalah teman seperjuangan, mereka yang bersama-sama merasakan bagaimana hidup dan bekerja di tempat yang jauh dari kota, dengan sinyal operator kadang hilang, jalanan yang rusak parah.
Di tempat kerja yang sepi dan tidak banyak fasilitas umum yang memadai andai saat itu aku sendirian mungkin yang terjadi adalah kesepian yang sangat suram. Namun dengan adanya teman yang senasib maka canda tawa dan keriangan masih bisa terdengar. Melakukan hal-hal konyol dan bersenda gurau hingga larut malam adalah rutinitas sehari-hari.
Saling berkunjung ke kantor masing-masing dikala job sepi, keliling kampung bahkan main ke kampung tetangga dikala bosan, melewati jalanan dikala panas maupun hujan. Berbagi cerita baik suka maupun duka. Walaupun kini kita terpisah tapi cerita dan kenangan akan selalu terbingkai dihati...
Kawan jika suatu saat kita menua dan jarak semakin membuat kita sulit bertemu, maka bukalah halaman demi halaman cerita untuk dibaca dan diingat lagi.
Tidak ada hal mewah untuk diberi..
Walau hanya menu biasa..
Tidak ada kafe mahal..
Tidak juga emas atau berlian..
Namun pengalaman dan semua cerita lebih berharga hingga akhir masa...
Missing Pieces by the Wind blow
Rindu.. Kangen..
perasaan random yang bisa tiba tiba muncul tanpa kenal ruang dan waktu
rasa yang kadang datangnya berupa bisikan nan halus..
tapi juga bisa berupa badai...
seharusnya keramaian membuat hati riang..
seharusnya lalu lalang orang membuat semua gundah hilang..
sayangnya perasaan merindu mendadak menguar seperti aroma manis caramel di teh panas pagi hari..
laksana wangi bunga yang diterpa angin..
walau di tengah keramaian.. bermil mil jarak yang terbentang..
di tempat ini..
di tengah keramaian orang-orang..
aku memikirkanmu...
aku merindukanmu..
aku berharap melihat sosokmu melambai dan tersenyum ke arahku...
tanpa rencana....
tanpa aku tau kalau hati ini berkhianat untuk memikirkanmu dan semua kenangan yang pernah ada..
laksana dedaunan kering hati ini menghampa...
perih dan sesak karena merindu....
Langganan:
Postingan (Atom)